It's was my first trip, but I think there will be no last trip (Kurnia, 2012)
Sudah hampir sebulan ngga upadate blog, diantara ribuan rindu yang menjulur untuk menulis di antara tumbukan kesibukan yang tidak berperi, akhirnya ada juga postingan ini.
Iseng-iseng membuka puluhan folder di hard disk, saya menemukan ratusan foto tentang Karimunjawa. Seketika saya tersenyum saat memperhatikan secara seksama foto foto itu.
Saya sempat mendengar beberapa teman akhir-akhir ini berpendapat Karimunjawa sudah sangat "main stream" padahal mereka belum pernah menginjakkan kaki di Pulau yang Indah itu. Tapi bagi saya, persetan apa kata orang, untuk saya Karimunjawa memberi torehan penting, yang mebuat saya semakin bisa memaknai hidup.
Berawal di bulan Juli 2010, saya iseng membaca status fb teman saya, Anglir, intinya dia mau ke Karimunjawa. Basa-basi saya tanggapi status itu, dan ternyata ada seorang anggota yang batal ikut, padahal uang sudah terlanjur di setor, termakan bujuk rayu Anglir, tanpa pikir panjang, saya setuju untuk ikut ke Karimunjawa di H-4 keberangkatan.
Saya sedikit konyol dengan keputusan saya, di rombongan berangotakan 18 orang itu, saya hanya kenal beberapa orang, itupun tidak akrab, hanya sebatas say hay, karena kita satu almamater.
Belum lagi masalah perijinan, saat itu saya masih kuliah semester 4, dengan jadwal kuliah yang lebih padat dari jalanan di ibukota, selain itu dari bayi jebrot sampai semester 4 saya bukan anak yang hobby ngetrip, main ke pantai atau apalah. Wisata saya sebatas dengan keluarga atau bila ada acara study tour sekolah.
Mencoba hal yang baru setelah meninggalkan hal yang lama.
Saya ngga tau pasti alasan utama yang mendasari kenekatan saya saat berkata "count me in" di trip ini. Mungkin saya butuh suatu suasana baru, setelah sebulan sebelumnya I'm break up with my 1st boyfriend after 3 years struggling in long distance relationship Solo-Bangkok. And when I'm trying steping out from my comfort zone, tangan Tuhan bekerja secara ajaib. Ayah-Ibu saya langsung meng-Acc perijinan saya, bukan hanya Acc, uang saku dan doa restu pun saya kantongi. Dan pacar saya (yang baru) juga memberikan ijin, sayang dia sibuk bergumul dengan maket, perancangan arsitektur dan main gundu di Kaliurang jadi saya tetap berangkat sendiri.
Meet new friends in new Island
Meeting point keberangkatan di Terminal Tirtonadi, Solo, jam 11 malam. Selepas magrib, saya cuma mondar mandir di kamar, Im so nervous. Saya bakal menghabiskan beberapa hari ke depan dengan orang-orang baru. Gimana kalo saya nanti di kacangin, gimana kalo nanti, dan masih banyak gimana-gimana lain yang berkeliaran di kepala saya.
Ternyata kecemasan saya tidak terbukti, saya duduk di kursi bus paling belakang. Sebelah saya Dini. dan kita mulai mengobrol sebelum headset i-pod menyumpat telinga kami.
Sampai di terminal Terboyo, Semarang, hari masih cukup gelap sekitar jam 1 dini hari. Ada beberapa orang mabuk di terminal yang sepi, ada juga calo yang setengah memaksa kita untuk menyewa mobil untuk meneruskan perjalanan ke pelabuhan Kartini, Jepara. Sekitar pukul 4 dini hari, bis kecil jurusan semarang-jepara mulai berdatangan. Still long way to go.
Sebelum jam 6 pagi kita sudah sampai di pelabuhan Kartini, Jepara. Ada yang gloleran main kartu, ada yang baca novel Marmut Merah Jambu-nya Radiatiya Dika, ada yang ke kamar mandi ada juga yang pacaran. Kebetulan di rombongan saya ada 2 couple, ihirrr.
Pose di Pantai Kartini, Jepara |
Kapal impian yang bakal membawa kita ke Karimunjawa |
Pemeriksaan tiket sebelum naik ke kapal |
Pose dulu di jalan masuk kapal |
Karena ceritanya kita mau "backpackeran" jadi kita naik kapal kelas ekonomi, di tiket tertera keberangkatan kapal pukul 8 wib. Sebelum jam 8 kita udah buru naik ke kapal supaya dapet tempat duduk. Ternyata kapal yang kita tumpangi masih atret maju mundur sampai sekitar pukul 9. Membunuh kebosanan akhirnya beberapa dari kami main ke dek kapal buat foto-foto. Seketika saya takjub, langit yang biru, air yang jernih. Super WOW.
Ada kejadian konyol, saat yang lain dengan santainya menenteng carier atau day pack nya ke kapal, teman saya, Dini, yang saat itu membawa koper sibuk menggotong kopernya. Niat hati mau liburan berkoper ala Paris Hilton, malah jatohnya lebih mirip kuli panggul.
Perjalanan selama nyaris 8 jam di kapal cukup menyiksa saya, di tengah perjalanan saya akhirnya jackpot (baca: muntah). Ini merupakan pengalaman pertama saya naik kapal dalam waktu yang lama, biasanya juga cuma ketapang-gilimanuk. Beberapa teman saya juga banyak yang jackpot, ngga memandang pria ataupun wanita.
Hal yang unik, penduduk asli Karimunjawa yang menumpangi kapal ini jarang yang mau duduk di kursi, mereka memilih duduk di bawah beralaskan tikar, sehingga bisa tidur geloleran.Di dalam kapal selama 8jam, merupakan delatasi waktu negatif bagi saya, 8 jam terlama dalam hidup saya.
Anglir, lelaki yang menjerumuskan saya pada Racun TRIP |
Tapi semuanya terbayar lunas ketika kita sampai di pelabuhan Karimunjawa. Kebetulan penginapan yang kita sewa selama di karimunjawa punya halaman rumput yang hijau dan semacam pantai pribadi. Ini bakal menjadi malam pertama di Karimunjawa yang tidak terlupakan.
View sunset dari balkon lantai 2 |
Sampai di sana kami langsung di suguhi es teh dan gulai ikan oleh pemilik penginapan. We talk a lot, walaupun kadang saya suka roaming tentang gosip-gosip yang berededar saat Senior High, tapi mereka semua sangat menyengakan.
Pagi pertama di Karimunjawa di warnai kehebohan di kamar atas, yap, para cewek pada sibuk antri kamar mandi, ganti baju, pake sunblock dan pritilan lainnya. Yang bikin lebih menyebalkan, kamar mandi yang super cozy bikin antrian untuk mandi bertambah lama.
Siapa yang ga jatuh cinta dengan kamar mandi model begini |
Sebelum naik kapal |
Kapal yang bakal membawa kita seharian |
using live jacket |
Untuk kami semua, snorkling adalah hal yang sangat baru, malahan ada beberapa lelaki yang ngga bisa berenang. Ngga masalah, karena saat snorkling dengan menggunakan live jacket kita ngga perlu jago berenang. Kita hanya perlu mengerak-gerakan kali ala mendayung untuk dapat bergerak.
Awalnya karet snorkel gear terasa aneh di mulut saya, belum lagi kesalahan teknik membuat saya menelan banyak air laut. Rasa takut waktu pertama kali nyemplung di laut juga tidak bisa dipungkiri. Terjangan ombak yang sedikin ganas bikin hati saya tratapan, tapi seiring dengan bantuan 2 orang guide dan teman-teman yang baru saya kenal, saya bisa menikmati keindahan alam bawah laut Karimunjawa. Cuma satu kata yang cukup untuk mengungkapkannya "Subhana'Allah"
Awalnya karet snorkel gear terasa aneh di mulut saya, belum lagi kesalahan teknik membuat saya menelan banyak air laut. Rasa takut waktu pertama kali nyemplung di laut juga tidak bisa dipungkiri. Terjangan ombak yang sedikin ganas bikin hati saya tratapan, tapi seiring dengan bantuan 2 orang guide dan teman-teman yang baru saya kenal, saya bisa menikmati keindahan alam bawah laut Karimunjawa. Cuma satu kata yang cukup untuk mengungkapkannya "Subhana'Allah"
Hari pertama kami habiskan menikamti keindahan Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil. Untuk makan siang, kami singgah di sebuah pulau dan melakukan BBQ Party, ikannya super fresh cuma di bakar dengan bumbu yang sederhana, tapi urusan rasa jangan di tanya. Malam harinya kami berkesempata mengunjungi tempat paling "gaul" di Karimunjawa, Alun-Alun Karimunjawa.
Seperti alun-alaun pada umummnya, ada lapangan yang dikelilingi lapak penjual makanan khas karimunjawa, ada kantor kepala desa di depannya serta sebuah puskesmas sederhana. Satu-satunya sarana kesehatan yang tersedia di Pulau ini. Saat kami berkunjung kebetulan banyak turis asing yang singgah, pemandangannya jangan di tanya. Paha-paha bertebaran di mana mana.
Pagi kedua di karimunjawa, kita mulai terbiasa dengan ritme listrik yang hanya nyala jam 5 sore sampai 5 pagi. Sehingga malam harinya kita sudah mencarger semua peralatan elektronik yang ada. Kegiatan nya tidak jauh berbeda, mandi -makan- dan jalan ke pelabuhan yang hanya 5 menit dari penginapan kita, untuk menyongsong kapal yang akan membawa kita ke pulau eksotis lainnya.
Agenda hari ini tidak jauh berbeda dengan agenda hari kemarin, nyebur dan menimati keindahan bawah laut. Makan siang pun masih sama, BQQ-an. Tapi di hari terakhir ini kita di ajak ke pulau pasir, semacam pulau kecil yang tebentuk karena penumpukan pasir pantai di tengah laut dan tempat penangkaran hiu. Di kolam penangkaran hiu kita boleh berenang bareng hiu nya, asal ngga lagi dapet. Tapi sejujurnya saya kurang sreg dengan destinasi terakhir, kolam penangkaran hiu. Memang hiunya tetap hidup di habitannya yaitu air laut, tapi mereka terpenjara di antara karang-karang yang di jejer di tengah laut. Walapun kolam dimana mereka tinggal cukup luas, tapi habitat hiu itu di laut lepas bukan di kolam.
Pulau Pasir |
Penagkaran hiu |
Setelah melewati 3 hari 3 malam di karimunjawa, it's time to comeing home. Sedih sih tapi apa mau dikata, semua kesenangan pasti akan bertemu titik akhir. Belajar dari pengalaman tersiksa 8 jam di kapal kelas ekonomi, kami upgrade tiket pulang ke kapal veri yang hanya memerlukan 2 jam waktu tempuh. Di kapal veri ada beberapa teman saya yang masih jackpot, tapi untungnya saya selamat dari wabah jackpot.
Karimunjawa bukan cuma memberikan saya pemandangan yang memanjakan mata, tapi trip ini membuat saya yang awalnya introvert menjadi lebih bisa berbaur dengan teman-teman baru di lokasi yang baru.
Semenjak Trip Karimunjawa, saya jadi punya "travel-mate" yang akan sering kalian jumpai foto-foto nya di trip trip saya selanjutnya.