Senin, 18 November 2013

Teh Kayu Aro, Redup di Nusantara terkenal di Negara Manca


Kisah ini berawal ketika saya sedang chating dengan seorang teman yang melanjutkan sekolahnya di UK. Dia bercerita tentang teh Indonesia yang sangat terkenal di UK. Saya bingung, dia pun bingung. Ternyata teh yang di minum para bangsawan di Inggris dari berabad-abad silam adalah teh yang berasal dari negara kita, Indonesia.

Sejarah di mulai ketika perusahaan Inggris yang terkenal sebagai produsen teh premium dunia, Ty Po memakai bahan baku teh Kayu aro yang berasal dari Jambi, Indonesia. Perusahaan yang di dirikan oleh Sir John Jr ini memasok produk teh ke berbagai keluarga bangasawan di Eropa, termasuk para Ratu di kerajaan Belanda.

source : here

Selain memiliki teh yang istimewa perkebunan teh Kayu Aro juga memiliki tiga keistimewaan lain yang mungkin belum banyak diketahui khalayak. Yang pertama, kebun teh Kayu Aro merupakan perkebunan teh tertua di Indonesia, perkebunan ini sudah aja sejak jaman penjajahan colonial Belanda tahun 1925. Yang kedua, perkebunan ini juga merupakan perkebunaan teh yang terluas dan tertinggi di dunia setelah perkebunan teh Darjeeling di India. Ketiga, teh yang di tanam di perkebunan ini adalah teh orthodox atau teh hitam uang merupakan teh berkualitas tinggi.

Konon teh Kayu Aro ini memiliki rasa kental di lidah yang mampu bertahan lama selain itu teh ini memiliki warna orange bening. Sayangnya teh Kayu Aro grade 1 tidak di pasarkan di Indonesia. Teh kayu aro grade 1 hanya untuk pasar export ke luar negri. Harganya berkisar 1,8 Poundsterling (sekitar Rp. 34.000,-)  untuk sekitar ¼ kilogram, sangat jauh dengan harga teh di Indonesia yang hanya berkisar Rp 3000,- untuk berat yang sama. Ironis.

Selain sebagai surga pecinta teh, perkebunan teh Kayu Aro juga cocok untuk mereka yang mendambakan kedamaian.Suasana kebun teh yang hijau, asri, hembusan angin sejuk yang merambati kulit serta suasana damai dan tenang pastinya kan sangat me-refresh jiwa dan raga. Kita bisa berjalan santai menyusuri perkebunan teh. Bahkan kita juga bisa mencoba ikut memetik teh bersama para pekerja di sana. 

source : here

Lelah berjalan menyusuri indahnya kebun yang memiliki luas sekitar 2,500 hektar dan berada di ketinggian 1.600 m dpl, kita bisa bersantai ria di homestay yang ada di sekitar di kebun teh Kayu Aro sambil mengengam hangatnya secangkir teh Kayu Aro (walaupun mungkin bukan grade 1, karena menurut berbagai sumber teh Kayu Aro grade 1 tidak di pasarkan di Indonesia).

Untuk menuju kebun teh Kayu Aro yang  menjanjikan kedamaian, bisa di tempuh dari dua rute. Yang pertama dari Padang, dan yang kedua dari kota Jambi. Apabila kita memilih jalur dari Padang, Sumatra Barat kita dapat memilih bus jurusan Padang – Sungai Penuh. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 6-7 jam dengan jarak sejauh 300 KM melalui Taman Hutan Raya Muhammad Hatta dan Muara Labuh. Kemudian dilanjutkan berkendara dari Sungai Penuh ke kebun teh Kayu Aro selama kurang lebih 1jam. Untuk yang memilih jalur dari kota Jambi, bisa memilih bus arah ke Kota Muara Bungo yang biasanya memakan waktu selama 7 -8 jam dengan jarak sejauh 550 KM melalui kabupaten Merangi dan Danau Kerinci. Setelah tiba di kota Muara Bungo kita bisa melanjutkan perjalanan ke Sungai Penuh dengan mini bus. Sesampainya di Sungai Penuh, kita harus menambah perjalanan selama 1 jam untuk sampai ke kebun teh Kayu Aro.  Jalur menuju perkebuan teh Kayu Aro juga merupakan jalur yang sama ketika kita hendak menikmati indahnya gunung Kerinci.

Perjalanan yang sepertinya cukup melelahkan, tapi saya yakin semua akan terbayar LUNAS ketika kita menikmati hangatnya secangkir teh Kayu Aro di tanah Aro sambil memangan hamparan permadani hijau kebun teh yang di hiasi gunung Kerinci si atap Sumatra.

Ini baru sekelumit kisah tentang teh Kayu Aro yang mendunia, yang datang dari tanah surga nan damai. Jambi, bukan hanya tentang teh Kayu Aro, ada kopi dan berbagai macam mahakarya ciptaan Tuhan. Saya berharap masih diberi kesempatan untuk menyakasikan satu demi satu mahakarya terpendam di tanah Jambi. Bagaimana dengan anda ?