Selasa, 22 Januari 2013

Menoreh Fajar di Bukit Manoreh, Magelang



"Once you have traveled, the voyage never ends" (My Mom)



Setelah trip terakir saya ke Pulau Sempu ( HERE ) saya mulai rindu adrenalin rust ketika harus apply ijin ke orang tua untuk kembali membolang. Hampir 80% ijin (insya Allah) saya kantogi, tapi tetep kan harus persiapan matang gimana penyampaian yang baik supaya di approve

Bukan tempat tujuan yang jadi main point dari setiap acara trip saya, because every journey has their own story. Tujuan kali ini adalah bukit Menoreh, lokasinya sekitar 40 km dari Kota Jogja, atau 25 km dari Kota Magelang. Di bererapa tulisan di dunia maya di klaim sebagai :: suatu tempat yang exotis dengan pemandangan perbukitan dan ke asrian alam dan kita dapat menemukan pemandangan perbukitan yang bagus dari atas bukit Menoreh. Beberapa teman yang sudah pernah kesana pun mengatakan, kalau sedang cerah kita bisa melihat view candi Borobudur dari atas puncak Suroloyo (nama puncak dari bukit Menoreh).

Tanggal 22-23 September menjadi hari eksekusi perjalanan ke bukit Menoreh. Pasukan kali ini terbagi menjadi 2 kloter, ala-ala jama'ah haji. Kloter pertama mulai membelah terpaan angin malam, start dari rumah saja pukul 20.00 WIB. Perjalanan santai yang menyenangkan, saking santainya kami sempat "wedangan" dulu di daerah klaten, dilanjut numpang tidur-tiduran di depan alfamart di depan RSUD Sleman, sambil menunggu kloter ke 2 yang hanya berangotakan 2 orang.

Minggu, 23 September 2012, sekitar pukul 1 dini hari, setelah kedatangan 2 orang dari kloter ke dua, kami mulai mengeber motor menyususri jalanan yang lenggang. Beberapa kali kami berpapasan dengan para pemuda yang mabuk sambil mengendarai motor, mungkin mereka sudah siap menghadap penguasa #abaikan. Dan saat sudah sampai kompleks candi Borobudur, kami pun bebepara kali harus putra balik karena salah jalan. Maklum hanya seekor dari total 10 orang di rombongan saya yang pernah ke bukit Menoreh, dan lagi jalan malam cukup "manglingi".

Ketika sudah ada di jalan yang benar, membelah malam dengan keadaan gelap gulita dan gerimis kencang, serius jalan menuju kesana berupa jalan kampung tanpa lampu penerangan, kondisi jalannya pun sangat memprihatinkan. Ditambanh dengan beberapa teman, dan saya sendiri mendapat sambutan dari "penghuni dusun". WOW!

Kami pun sampai di kaki bukit Menoreh, kira-kira pukul 3 dini hari. Sepi, hanya rombongan kami dan satu rombongan lain yang mengunakan mobil, menilik dari plat AB sekiranya mereka rakyat Jogjakarta. Udara yang dingin membangkitkan naga naga di perut, ada sebuah warung, tapi masih tutup. Seorang teman saya yang dulu pernah main ke sini iseng mengetok pintu warung yang tertutup. Dengan basa basi level advance, kurang lebih beginilan reka ulang percakapannya ::
A : "Pak, njenengan kemutan kulo ? Yang tahun kemarin dateng ke sini, ya jam segini pak ?"
B : "Oalah, iya mas, kok ya berani beraninya jam segini ke sini, orang sini aja ngga berani lho keluar rumah jam segini"
Walalalala, segitu seremnya ya, percakapan selanjutnya out of my radar, karena saya langsung mosisi pewe di parkiran motor untuk tidur, menusul 3 orang teman saya yang sudah duluan bobok gemes di sana.

Beberapa saat kemudian, hasil rayuan maut ke bapak pemilik warung mebuahkan hasil, teman saya Kak Reza Bebek membawakan beberapa gelas susu ke arena bobok pewe. Sedangkan yang lain sibuk membuat api untuk memanaskan ayam bakar, bekal kita dari Solo. Kece kan bawa bekal dari rumah ??

Perut kenyang, mata segar, kita mulai menapaki tangga menuju puncakn suroloyo, sayangnya ada seorang teman yang lagi ngga enak body, mual, pusing, dan terakhir baru sadar kalo diare, jadi dia memisahkan diri dari rombongan, untuk bercinta dengan wc.

arena parkir dan bobok pewe



uki sejujurnya sedang menyemangatin dirinya sendiri
suspek diare & nyit-nyit





Puncak Suroloyo



view si sekeliling puncak suroloyo

view dari puncak suroloyo, yang berselimut kabut

jalan akses masuk ke bukit Menoreh, tanpa ada lampu.
Imunisasi dulu ban motor anda
aspalnya PHP


Kali ini medan yang ditapaki adalah tangga, lumayan tidak menulitkan, tapi tetap melelahkan dan dingin. Saran saya besok kalo kesini bawa pacar/suami, biar ada yang bisa di peluk peluk, untuk yang jomblo, bisa membawa kompor gas sebagai subsitusi, lebih anget malahan.

Setelah puas berdingin ria di bukut Menoreh, kami kemabali mengeber motor menuju bukit Manohara. Kenapa dinamakan Manohara ?? karena Manohara jadi naik daun setelah di siksa Pangeran di negri jiran, olalala BIG NO. Alasan logisnya, karena bukit ini terletak di kawasan Hotel Manohara. View yang kita dapatkan di Bukit Manohara, konon adalah candi Borobudur dengan sangat jelas. Yapastinya jelas, karena bukit ini hanya terletak beberapa kilometer dari Candi Borobudur.

Tapi sayang, kita datang terlalu siang, gagal menjemput sang fajar, alhasil kita hanya kleteran di tempat parkir, sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Solo, via Selo, Boyolali, sambil melihat kokohnya Gunung Merapi.



Saat duduk di kursi pembonceng, banyak godaan yang terjadi salah satunya NGANTUK, here some tips to beat sleepiness ::
1. Mengobrolah dengan teman semotor anda, Ini cara yang paling efektif, bisa cerita konyol, curhat galau, cerita mistis, apa ajalah. Kalo teman semotor anda teralu pendiam, pemalu, terlalu cool, atau sedang sakit gigi, lebih baik anda bernyanyi sepanjang jalan. Kalau anda tetap memutuskan ngobrol sendiri sih juga ngga masalah, resiko di tanggung penumpang.
2. Berterus terang. Bukan cuma hubungan percintaan yang butuh keterus terangan, tapi ini juga berlaku pada hubungan pergoncengan naik motor. I experience by my self, saya ngantuk tingkat dewa, karena sungkan sama yang ngeboncengin saya, saya diem diem kece. Di suatu tikungan di daerah Selo, saya nyaris njlungup (anyone know apa bahasa indonesianya njlungup ?), untung teman yang ngeboncengin saya pengertian "kalo ngantuk pegangan aja". Dalam hati "nyawa udah di ujung tanduk, udah ngga jadi ngantuk". Dan akibat nyaris njlungup itu, saya masih deg-degan walau sudah sampai di rumah.
3.Berdoa. Udah ngga ada cara lain yang lebih afdol untuk mengalahkan rasa ngantuk. Berdoa saja agar selamat dunia akhirat. :P




Full Team (minus Rudi)

Full Team (minus Toye)

Full Team (minus Bebek)





Tetap sehat dan tetap jalan-jalan, See You in the next trip !

Kamis, 03 Januari 2013

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Eksotisme di Balut Dinginya Alam


"Langkahkan kaki kemana kamu ingin pergi, bagaimanapun suasana hatimu"
(Kurnia, 2012)




Terinsiparasi semangat adik saya yang baru saja pulang nge-trip ke Taman Nasional Baluran & Taman Nasional Bali Barat, saya ingin membagi sekelumit kisah End-Year Trip saya tahun lalu.

Sudah lama saya membayangkan dapat menjejakan kaki di Gunung bromo, entah kenapa eksotisme alam di balut kekentalan budaya yang masih menyelimuti tempat itu megelitik hasrat saya. Dan pada 11-12-11 saya berkesempatan mencicipi indahnya gunung Bromo.

Kami serombongan berangkat dari Solo dengan menyewa ELF, berisi 12 Orang, dengan 1supir, berangkat pukul 16.00 WIB dari Solo. Pukul 2 dini hari, jalanan mulai menanjak dan menikung curam. Hawa dingin mulai menusuk kulit. Tepat pukul 3 dini hari kami sampai di tempat parkir mobil, packing sebentar kita melanjutkan perjalanan menggunakan Jeep. Yap, hanya Jeep yang diperbolehkan menyusuri jalan itu. Sedikit rasa penasaran saya menguak, ternyata hal itu memang bertujuan untuk mengidupi masyarakat sekitar. Tarif sewa mobil Jeep pun sudah di seragamkan, sehingga tidak ada persaingan tarif antar pengemudi. Dan merekapun sudah di koordinir dalam "Koperasi Jeep", yah that kind of think lah.

Gunung Batok
Jangan dikira perjuangan kami hanya pidah dari ELF ke Jeep dan sunrise sudah di pelupuk mata, No No No baby, kita masih harus menusuri jalan menanjak yang terjal, sudut kemeringanya kisaran 45-60 derajat (menurut saya). Nafas mulai terengah engah, ketahuan kalo jarang olahraga.
Untuk yang tidak mau capai, banyak tersedia kuda yang disewakan oleh pemiliknya untuk mengantar anda anda ke puncak. Nyaman sih (untuk yang naik kuda) tapi kadang si kuda ini suka menyerobot jatah para pejalan kaki, pilihannya hanya 2, minggir atau di cium kuda. Dengan keberadaan kuda ini juga membuat medan yang terjal semakin menantang, karena di antar gelanpanya subuh, kita harus berhati hati menghindari ranjau kuda baik yang baru ataupun sudah lumayan lama.

Dan ketika sampai di atas, rasa dingin mulai menusuk, tapiitu  tidak dapat menyembunyikan rasa puas yang membuncah. And here the photograph sewaktu saya dan rombongan sampai di atas dengan latar belakang gunung batok ::


























Harus lompat ketika turun dari bukit pandang


Kawah & Lautan Pasir Bromo


Jeep yang kami naiki berhenti di kawasan parkir Taman Nasional Gunung Bromo yang lokasinya sebelum Pura Luhur Punten yang terletak di tengah lautan pasir, kami meneruskan perjalanan menuju Kawah Gunung Bromo dengan berjalan kaki. Bagi yang tidak kuat berjalan kaki, dari area parkir juga tersedia persewaan kuda untuk menuju tangga naik ke Kawah Gunung Bromo.

Untuk menuju ke mulut tangga, kami harus berjalan terlebih dahulu melewati lautan pasir sejauh 2-3 kilometer menelusuri bekas tapak kaki manusia dan tapal kuda. Kami berjalan lebih  santai karena tidak memburu waktu. Ketika melewati kawasan pura umat Hindu yang bernama Pura Luhur Poten, kami sempat berhenti sebentar sembari memperhatikan bentuk bangunan pura dan pemandangan Gunung Batok yang tepat berada disebelahnya.

Kami harus menaiki anak tangga yang berjumlah sekitar 250 buah untuk menuju puncak Gunung Bromo. Anak tangga yang cukup sempit, handle pegangan samping yang sudah reot serta menipisinya kadar oksigen membuat kami berjalan tertatih. Sampai di Puncak kawah, kami tidak stay terlalu lama, selain karena tempat yang terbatas dan beberapa di antara kami takut ketinggian sehingga cuma magrok saja, hujan gerimis pun mulai mengguyur, tak ayal kami segera bergegas turun.

Saat turun karena tergesa, saya memasukan pokect camera Sony W 230 saya, ke tas yang di bawa teman di depan saya. Dasar penyakit ceroboh saya yang sudah level benua antartika, dengan santainya saya masukan saja tanpa menutup tasnya dengan rapat, sekenanya saja. Alhasil kamera itu raib di telan hujan di kawah bromo.



Savana


Liburan terus berlanjut ke Savana yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, hamparan padang hijau menyambut kita dengan eloknya. Betapa Tuhan yang Maha Agung telah membuktikan kekuasaannya.

Disana angin bertiup sepoy sepoy, acara dilanjutkan dengan foto-foto, apa gunanya ada dua fotografer dengan persiapan alat yang lumayan kumplil kalo tidak untuk mengabadikan gambar. Here the photograph ::










DO NOT TRY THIS AT HOME !!!






Sableh, lagi telfon pacarnya yang ada di pulau borneo




Yohan, Fotografer


Bang Roma, Fotografer


Anggota K-PoP



Dibalik layar




*nyicil foto pre-wed*

Pasir Berbisik

Pasir Berbisik adalah sebuah lautan pasir luas indah yang berada di sekitar Kaldera Bromo, Probolinggo, Jawa Timur. Nama panggilan itu tampaknya diberikan setelah sebuah film populer dengan judul sama menggunakan lokasi itu sebagai tempat pengambilan gambar beberapa tahun lalu. Yes, film pasir berbisik yang dibintangi Dian Sastrowardoyo.

Badai pasir ringan yang sesekali datang menerpa tidak mengganggu selera untuk terus menikmati pemandangan yang indah, dengan bentuk-bentuk karang unik, dan langit biru jernih yang mempesona.


















Note :
Buget untuk trip ini 160k/orang, meliputi : Sewa ELF, solar ELF, fee supir, sewa Jeep, Makan selama  perjalanan brangkat-bromo-perjalanan pulang

This is my bromo trip, what about yours ?