Senin, 02 Desember 2013

Catatan Perjalanan :: Wonderful friends, Wonderful island, wonderful KARIMUNJAWA !!

It's was my first trip, but I think there will be no last trip (Kurnia, 2012)



Sudah hampir sebulan ngga upadate blog, diantara ribuan rindu yang menjulur untuk menulis di antara tumbukan kesibukan yang tidak berperi, akhirnya ada juga postingan ini.

Iseng-iseng membuka puluhan folder di hard disk, saya menemukan ratusan foto tentang Karimunjawa. Seketika saya tersenyum saat memperhatikan secara seksama foto foto itu.

Saya sempat mendengar beberapa teman akhir-akhir ini berpendapat Karimunjawa sudah sangat "main stream" padahal mereka belum pernah menginjakkan kaki di Pulau yang Indah itu. Tapi bagi saya, persetan apa kata orang, untuk saya Karimunjawa memberi torehan penting, yang mebuat saya semakin bisa memaknai hidup.

Berawal di bulan Juli 2010, saya iseng membaca status fb teman saya, Anglir, intinya dia mau ke Karimunjawa. Basa-basi saya tanggapi status itu, dan ternyata ada seorang anggota yang batal ikut, padahal uang sudah terlanjur di setor, termakan bujuk rayu Anglir, tanpa pikir panjang, saya setuju untuk ikut ke Karimunjawa di H-4 keberangkatan.

Saya sedikit konyol dengan keputusan saya, di rombongan berangotakan 18 orang itu, saya hanya kenal beberapa orang, itupun tidak akrab, hanya sebatas say hay, karena kita satu almamater.
Belum lagi masalah perijinan, saat itu saya masih kuliah semester 4, dengan jadwal kuliah yang lebih padat dari jalanan di ibukota, selain itu dari bayi jebrot sampai semester 4 saya bukan anak yang hobby ngetrip, main ke pantai atau apalah. Wisata saya sebatas dengan keluarga atau bila ada acara study tour sekolah.


Mencoba hal yang baru setelah meninggalkan hal yang lama

Saya ngga tau pasti alasan utama yang mendasari kenekatan saya saat berkata "count me in" di trip ini. Mungkin saya butuh suatu suasana baru, setelah sebulan sebelumnya  I'm break up with my 1st boyfriend after 3 years struggling in long distance relationship Solo-Bangkok. And when I'm trying steping out from my comfort zone, tangan Tuhan bekerja secara ajaib. Ayah-Ibu saya langsung meng-Acc perijinan saya, bukan hanya Acc, uang saku dan doa restu pun saya kantongi. Dan pacar saya (yang baru) juga memberikan ijin, sayang dia sibuk bergumul dengan maket, perancangan arsitektur dan main gundu di Kaliurang jadi saya tetap berangkat sendiri.

Meet new friends in new Island

Meeting point keberangkatan di Terminal Tirtonadi, Solo, jam 11 malam. Selepas magrib, saya cuma mondar mandir di kamar, Im so nervous. Saya bakal menghabiskan beberapa hari ke depan dengan orang-orang baru. Gimana kalo saya nanti di kacangin, gimana kalo nanti, dan masih banyak gimana-gimana lain yang berkeliaran di kepala saya.

Ternyata kecemasan saya tidak terbukti, saya duduk di kursi bus paling belakang. Sebelah saya Dini. dan kita mulai mengobrol sebelum headset i-pod menyumpat telinga kami.

Sampai di terminal Terboyo, Semarang, hari masih cukup gelap sekitar jam 1 dini hari. Ada beberapa orang mabuk di terminal yang sepi, ada juga calo yang setengah memaksa kita untuk menyewa mobil untuk meneruskan perjalanan ke pelabuhan Kartini, Jepara. Sekitar pukul 4 dini hari, bis kecil jurusan semarang-jepara mulai berdatangan. Still long way to go.

Sebelum jam 6 pagi kita sudah sampai di pelabuhan Kartini, Jepara. Ada yang gloleran main kartu, ada yang baca novel Marmut Merah Jambu-nya Radiatiya Dika, ada yang ke kamar mandi ada juga yang pacaran. Kebetulan di rombongan saya ada 2 couple, ihirrr.

Pose di Pantai Kartini, Jepara
Kapal impian yang bakal membawa kita ke Karimunjawa

Pemeriksaan tiket sebelum naik ke kapal
Pose dulu di jalan masuk kapal


Karena ceritanya kita mau "backpackeran" jadi kita naik kapal kelas ekonomi, di tiket tertera keberangkatan kapal pukul 8 wib. Sebelum jam 8 kita udah buru naik ke kapal supaya dapet tempat duduk. Ternyata kapal yang kita tumpangi masih atret maju mundur sampai sekitar pukul 9. Membunuh kebosanan akhirnya beberapa dari kami main ke dek kapal buat foto-foto. Seketika saya takjub, langit yang biru, air yang jernih. Super WOW.

Ada kejadian konyol, saat yang lain dengan santainya menenteng carier atau day pack nya ke kapal, teman saya, Dini, yang saat itu membawa koper sibuk menggotong kopernya. Niat hati mau liburan berkoper ala Paris Hilton, malah jatohnya lebih mirip kuli panggul.

Perjalanan selama nyaris 8 jam di kapal cukup menyiksa saya, di tengah perjalanan saya akhirnya jackpot (baca: muntah). Ini merupakan pengalaman pertama saya naik kapal dalam waktu yang lama, biasanya juga cuma ketapang-gilimanuk. Beberapa teman saya juga banyak yang jackpot, ngga memandang pria ataupun wanita. 

Hal yang unik, penduduk asli Karimunjawa yang menumpangi kapal ini jarang yang mau duduk di kursi, mereka memilih duduk di bawah beralaskan tikar, sehingga bisa tidur geloleran.Di dalam kapal selama 8jam, merupakan delatasi waktu negatif bagi saya, 8 jam terlama dalam hidup saya.

Anglir, lelaki yang menjerumuskan saya pada Racun TRIP


Tapi semuanya terbayar lunas ketika kita sampai di pelabuhan Karimunjawa. Kebetulan penginapan yang kita sewa selama di karimunjawa punya halaman rumput yang hijau dan semacam pantai pribadi. Ini bakal menjadi malam pertama di Karimunjawa yang tidak terlupakan.

View sunset dari balkon lantai 2




Dini, kembali berpose

Sampai di sana kami langsung di suguhi es teh dan gulai ikan oleh pemilik penginapan. We talk a lot, walaupun kadang saya suka roaming tentang gosip-gosip yang berededar saat Senior High, tapi mereka semua sangat menyengakan.

Pagi pertama di Karimunjawa di warnai kehebohan di kamar atas, yap, para cewek pada sibuk antri kamar mandi, ganti baju, pake sunblock dan pritilan lainnya. Yang bikin lebih menyebalkan, kamar mandi yang super cozy bikin antrian untuk mandi bertambah lama.

Siapa yang ga jatuh cinta dengan kamar mandi model begini

Sebelum naik kapal


Kapal yang bakal membawa kita seharian

using live jacket

Untuk kami semua, snorkling adalah hal yang sangat baru, malahan ada beberapa lelaki yang ngga bisa berenang. Ngga masalah, karena saat snorkling dengan menggunakan live jacket kita ngga perlu jago berenang. Kita hanya perlu mengerak-gerakan kali ala mendayung untuk dapat bergerak.
Awalnya karet snorkel gear terasa aneh di mulut saya, belum lagi kesalahan teknik membuat saya menelan banyak air laut. Rasa takut waktu pertama kali nyemplung di laut juga tidak bisa dipungkiri. Terjangan ombak yang sedikin ganas bikin hati saya tratapan, tapi seiring dengan bantuan 2 orang guide dan teman-teman yang baru saya kenal, saya bisa menikmati keindahan alam bawah laut Karimunjawa. Cuma satu kata yang cukup untuk mengungkapkannya "Subhana'Allah"







Hari pertama kami habiskan menikamti keindahan Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil. Untuk makan siang, kami singgah di sebuah pulau dan melakukan BBQ Party, ikannya super fresh cuma di bakar dengan bumbu yang sederhana, tapi urusan rasa jangan di tanya. Malam harinya kami berkesempata mengunjungi tempat paling "gaul" di Karimunjawa, Alun-Alun Karimunjawa.

Seperti alun-alaun pada umummnya, ada lapangan yang dikelilingi lapak penjual makanan khas karimunjawa, ada kantor kepala desa di depannya serta sebuah puskesmas sederhana. Satu-satunya sarana kesehatan yang tersedia di Pulau ini. Saat kami berkunjung kebetulan banyak turis asing yang singgah, pemandangannya jangan di tanya. Paha-paha bertebaran di mana mana.

Pagi kedua di karimunjawa, kita mulai terbiasa dengan ritme listrik yang hanya nyala jam 5 sore sampai 5 pagi. Sehingga malam harinya kita sudah mencarger semua peralatan elektronik yang ada. Kegiatan nya tidak jauh berbeda, mandi -makan- dan jalan ke pelabuhan yang hanya 5 menit dari penginapan kita, untuk menyongsong kapal yang akan membawa kita ke pulau eksotis lainnya.







Agenda hari ini tidak jauh berbeda dengan agenda hari kemarin, nyebur dan menimati keindahan bawah laut. Makan siang pun masih sama, BQQ-an. Tapi di hari terakhir ini kita di ajak ke pulau pasir, semacam pulau kecil yang tebentuk karena penumpukan pasir pantai di tengah laut dan tempat penangkaran hiu. Di kolam penangkaran hiu kita boleh berenang bareng hiu nya, asal ngga lagi dapet. Tapi sejujurnya saya kurang sreg dengan destinasi terakhir, kolam penangkaran hiu. Memang hiunya tetap hidup di habitannya yaitu air laut, tapi mereka terpenjara di antara karang-karang yang di jejer di tengah laut. Walapun kolam dimana mereka tinggal cukup luas, tapi habitat hiu itu di laut lepas bukan di kolam.

Pulau Pasir

Penagkaran hiu

Setelah melewati 3 hari 3 malam di karimunjawa, it's time to comeing home. Sedih sih tapi apa  mau dikata, semua kesenangan pasti akan bertemu titik akhir. Belajar dari pengalaman tersiksa 8 jam di kapal kelas ekonomi, kami upgrade tiket pulang ke kapal veri yang hanya memerlukan 2 jam waktu tempuh. Di kapal veri ada beberapa teman saya yang masih jackpot, tapi untungnya saya selamat dari wabah jackpot.


Karimunjawa bukan cuma memberikan saya pemandangan yang memanjakan mata, tapi trip ini membuat saya yang awalnya introvert menjadi lebih bisa berbaur dengan teman-teman baru di lokasi yang baru. 
Semenjak Trip Karimunjawa, saya jadi punya "travel-mate" yang akan sering kalian jumpai foto-foto nya di trip trip saya selanjutnya.

Salam sayang dari karimunjawa


Itenary Karimunjawa trip 23 Juli - 27 Juli 2010 :
  • Paket selama di Karimunjawa, include tiket kapal jepara-karimun pp, makan selama di karimun, akomondasi, sewa kapal & snorkeling gear, guide dan dokumentasi. ( Rp 415.000,-)
  • Upgrade tiket veri (Rp 40.000,-) 

Senin, 18 November 2013

Teh Kayu Aro, Redup di Nusantara terkenal di Negara Manca


Kisah ini berawal ketika saya sedang chating dengan seorang teman yang melanjutkan sekolahnya di UK. Dia bercerita tentang teh Indonesia yang sangat terkenal di UK. Saya bingung, dia pun bingung. Ternyata teh yang di minum para bangsawan di Inggris dari berabad-abad silam adalah teh yang berasal dari negara kita, Indonesia.

Sejarah di mulai ketika perusahaan Inggris yang terkenal sebagai produsen teh premium dunia, Ty Po memakai bahan baku teh Kayu aro yang berasal dari Jambi, Indonesia. Perusahaan yang di dirikan oleh Sir John Jr ini memasok produk teh ke berbagai keluarga bangasawan di Eropa, termasuk para Ratu di kerajaan Belanda.

source : here

Selain memiliki teh yang istimewa perkebunan teh Kayu Aro juga memiliki tiga keistimewaan lain yang mungkin belum banyak diketahui khalayak. Yang pertama, kebun teh Kayu Aro merupakan perkebunan teh tertua di Indonesia, perkebunan ini sudah aja sejak jaman penjajahan colonial Belanda tahun 1925. Yang kedua, perkebunan ini juga merupakan perkebunaan teh yang terluas dan tertinggi di dunia setelah perkebunan teh Darjeeling di India. Ketiga, teh yang di tanam di perkebunan ini adalah teh orthodox atau teh hitam uang merupakan teh berkualitas tinggi.

Konon teh Kayu Aro ini memiliki rasa kental di lidah yang mampu bertahan lama selain itu teh ini memiliki warna orange bening. Sayangnya teh Kayu Aro grade 1 tidak di pasarkan di Indonesia. Teh kayu aro grade 1 hanya untuk pasar export ke luar negri. Harganya berkisar 1,8 Poundsterling (sekitar Rp. 34.000,-)  untuk sekitar ¼ kilogram, sangat jauh dengan harga teh di Indonesia yang hanya berkisar Rp 3000,- untuk berat yang sama. Ironis.

Selain sebagai surga pecinta teh, perkebunan teh Kayu Aro juga cocok untuk mereka yang mendambakan kedamaian.Suasana kebun teh yang hijau, asri, hembusan angin sejuk yang merambati kulit serta suasana damai dan tenang pastinya kan sangat me-refresh jiwa dan raga. Kita bisa berjalan santai menyusuri perkebunan teh. Bahkan kita juga bisa mencoba ikut memetik teh bersama para pekerja di sana. 

source : here

Lelah berjalan menyusuri indahnya kebun yang memiliki luas sekitar 2,500 hektar dan berada di ketinggian 1.600 m dpl, kita bisa bersantai ria di homestay yang ada di sekitar di kebun teh Kayu Aro sambil mengengam hangatnya secangkir teh Kayu Aro (walaupun mungkin bukan grade 1, karena menurut berbagai sumber teh Kayu Aro grade 1 tidak di pasarkan di Indonesia).

Untuk menuju kebun teh Kayu Aro yang  menjanjikan kedamaian, bisa di tempuh dari dua rute. Yang pertama dari Padang, dan yang kedua dari kota Jambi. Apabila kita memilih jalur dari Padang, Sumatra Barat kita dapat memilih bus jurusan Padang – Sungai Penuh. Waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 6-7 jam dengan jarak sejauh 300 KM melalui Taman Hutan Raya Muhammad Hatta dan Muara Labuh. Kemudian dilanjutkan berkendara dari Sungai Penuh ke kebun teh Kayu Aro selama kurang lebih 1jam. Untuk yang memilih jalur dari kota Jambi, bisa memilih bus arah ke Kota Muara Bungo yang biasanya memakan waktu selama 7 -8 jam dengan jarak sejauh 550 KM melalui kabupaten Merangi dan Danau Kerinci. Setelah tiba di kota Muara Bungo kita bisa melanjutkan perjalanan ke Sungai Penuh dengan mini bus. Sesampainya di Sungai Penuh, kita harus menambah perjalanan selama 1 jam untuk sampai ke kebun teh Kayu Aro.  Jalur menuju perkebuan teh Kayu Aro juga merupakan jalur yang sama ketika kita hendak menikmati indahnya gunung Kerinci.

Perjalanan yang sepertinya cukup melelahkan, tapi saya yakin semua akan terbayar LUNAS ketika kita menikmati hangatnya secangkir teh Kayu Aro di tanah Aro sambil memangan hamparan permadani hijau kebun teh yang di hiasi gunung Kerinci si atap Sumatra.

Ini baru sekelumit kisah tentang teh Kayu Aro yang mendunia, yang datang dari tanah surga nan damai. Jambi, bukan hanya tentang teh Kayu Aro, ada kopi dan berbagai macam mahakarya ciptaan Tuhan. Saya berharap masih diberi kesempatan untuk menyakasikan satu demi satu mahakarya terpendam di tanah Jambi. Bagaimana dengan anda ?



Senin, 25 Februari 2013

Beach Camp :: menggagahi pantai Sondak, Pok Tunggal & Siung




“Our memories of the ocean will linger on, long after our footprints in the sand are gone.”
 (My Mom, 52 Th)

Full Team, Solo, Jakarta, Surabaya (minus saya dan nyit2 yang lagi mandi)

Tidak tau sejak kapan saya mulai jatuh cinta dengan pantai dan laut, mungkin trip ke Karimunjawa tahun 2010 silam merupakan trigger point untuk saya, menegaskan betapa saya merindu suara deburan ombak, dan sapuan halus pasir pantai di kaki saya.

That's why, ketika ada tawaran beach camp, saya ngga berfikir panjang untuk mengiyakan. Dan yang special, trip kali ini ngga hanya ada para travel-mates dari Solo, tapi ada juga temen-temen dari Jakarta dan Surabaya, semacam squad Sempu reunion.

Kesibukan yang bermacam-macam membuat saya dan teman-teman dari Solo harus berangkat dalam 2 kloter. Kloter sore dan malam. Kloter sore ada 4 orang dengan 2 motor and I'm one of them. Kita berempat bersepakat berangkat jam 2, tapi karena saya ngaret, we just strated the trip at 3pm.
Kali ini kita memilih rute Solo – Sukoharjo – Wonogiri  - Wuryantoro – Eromoko – Pracimantoro - Wonosari.

Sebetulnya meeting point dengan Mbak Titi dan the gank di pantai sondak, tapi teman saya Reza "bebek" is dying to see sunset di pantai Pok Tunggal, akhirnya kita belok kompas menuju pantai Pok Tunggal dulu baru kemudian ke pantai Sondak. And the good news is, kita cuma berhasil menangkap sunset di pantai Pok Tunggal sekitar 5 menit.

Menjelang gelap, kita sampai di pantai Sondak, teman-teman dari Jakarta dan Surabaya sudah berkumpul, glad to see them again. Ngga ada acara yang pasti, kita cuma mendirikan tenda, masak, dan ngobrol. FYI : karena pantai sondak sudah bukan pantai "perawan", kita tidak terlalu kesulitan, banyak warung-warung di sekitar tempat kita ngecam, untuk urusan ke belakang dan sholat, semua tersedia. Jadi ini semacam piknik lahhh.

There is a special moment I think, Indrawan (Surabaya) berulang tahun tepat di saat kita ngecamp. Mbak Titi, sesepuhnya bacpacker tenyata sudah menyiapkan sepotong Red Valet. Acara selanjutnya tiup lilin, colet coletan kue dan menceburkan Indrawan ke laut di malam hari.


Hidup terasa super selowww

Tidur beralaskan pasir, beratap langi dengan deburan ombak. NAGIH !









Ngga tau kenapa, acara liburan selalu berasa cepat, baru juga ngobrol sebentar dengan Citra dkk, pagi sudah menjelang. Rombongan Jakarta dan Surabaya siap-siap mengejar kereta ke kotanya masing-masing setelah  hari sebelumnya caving di gua pindul di lanjut ngecam.

Bujuk rayuan manis kami tidak berhasil membendung kepulangan mereka, yes it's time to say goodbye see you soon in another trip.

Para squad dari Solo pun melanjutkan menggagahi beberapa pantai di Wonosari yang searah dengan kepulangan kita. 

Pantai Pok Tunggal
Petunjuk Jalan yang seadanya

Pantai pok tunggal menjadi destinasi berikutnya, pantai yang indah dan lumayan masih "perawan". Tapi akses menuju pantai ini amat sangat memprihatinkan, jalan yang sempit dan terjal. Petunjuk pantainya pun juga hanya seadanya.

Pantai Siung
Pantai Siung, disini kami numpang shoat, makan dan leyeh-leyeh. Fasilitas di pantai ini cukup legkap, hampir menyerupai pantai sondak. Pantai ini di apit dua bukit di sebelah kanan dan kiri. Bukitnya cukup tinggi tetapi tidak terlalu terjal, view dari atas bukit, juwara (menurut saya), baik itu di bukit sebelah kanan maupun kiri.

Bukit di sebelah kiri

View dari bukit sebelah kiri

View dari bukit sebelah kiri

bukit sebelah kanan

Teman saya, Galih 22 th, lagi menggalau tentang kehidupan cintanya

Pemandangan dari bukit sebelah kanan



Rasanya tidak ada kata cukup untuk liburan, ini seperti candu yang membuat penikmatnya teradiksi.
Bagaimana dengan anda ??